Rabu, 26 November 2014





                                                                                                          
KELOMPOK 1
ANGGOTA : *Sardiani
                           *Sahara
                           *Muh saharullah
                            *Jamil hasyim kahar

1.    PEMBABAKAN WAKTU MASA TEKNOLOGI BEBATUAN
A, hasil kebudayaan Pacitan
Di daerah pacitan ditemukan jenis senjata genggam yang disebut chopper dan berbagai jenis alat dari tulang.
chopper

        B. hasil kebudayaan Ngandong
  Di ngandong ditemukan alat-alat dari batu yang masih kasar buatannya juga juga alat-alat dari duri ikan dan tanduk rusa.

2.PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BEBATUAN MASA MESOLITIKUM
A, Zaman batu
1). Zaman batu tua (Palaeolithikum)
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
v Kapak genggam
         

Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan. Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong) Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara digenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai tajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.


v Kapak perimpas
    

 
Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam.. Kapak perimbas banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Pithecantropus. Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), Lahat, (Sumatra Selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan Pacitan.



v Alat-alat dari tulang dan tanduk binatang
   

 
Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti arkeologis perkakas dari tulang disebut sebagai Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Salah satu alat peninggalan zaman Paleolitikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.



v Alat serpih
    

Alat serpih biasa juga di sebut dengan Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.  Alat-alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, di Punung, dan Ngandong (lembah Sungai Bengawan Solo); Gombong Jateng; lahat; Cabbenge; dan Mengeruda Flores NTT.


2). Zaman batu madya (Mesolithikum)
Kebudayaan batu madya ditandai oleh adanya usaha untuk lebih menghaluskan perkakas yang dibuat. Dari penelitian arkeologis kebudayaan batu madya di Indonesia memiliki persamaan kebudayaan dengan yang ada di daerah Tonkin, Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa kebudayaan batu madya di Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu Bascon dan Hoabind. Oleh karena itu pula kebudayaan dinamakan Kebudayaan Bascon Hoabind. Hasil-hasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini.







v Kapak Sumatra (Pebble)
 

Bentuk kapak ini bulat, yang terbuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah dengan sisi luar yang sudah halus tidak diapa-apakan sedangkan sisi dalamnya sudah dibentuk sesuai keperluan, Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan. Nama lainnya adalah Kapak genggam Sumatera. Teknik pembuatannya lebih halus dari kapak perimbas. Bagian tajam sudah di kedua sisi. Cara menggunakannya masih digenggam. Tempat ditemukannya di Lhokseumawe Aceh dan Binjai Sumut.



v Abris sous roche

  
Ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera. Abris sous roche adalah tempat tinggal yang berwujud goa-goa dan ceruk-ceruk di dalam batu karang untuk berlindung. Berfungsi sebagai tempat tinggal manusia purba.
v Batu pipisan

Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
3). Zaman batu baru (newlithikum)

   Perkembangan kebudayaan pada zaman batu muda ini sudah sangat maju daripada zaman-zaman sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang penduduk proto melayu dari Yunnan, Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia.  Hasil kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia purba sudah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat. Ada sentuhan tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun sudah lebih halus, diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.
v Kapak persegi
 




   
Dinamakan Kapak Persegi berdasarkan penampangnya berupa persegi panjang atau trapesium. Pengertian kapak persegi bukan hanya kapak saja, tetapi banyak alat lain dalam berbagai ukuran dan keperluan seperti beliung/pacul alat yang besar ,dan yang kecil yaitu tarah dgunakan untuk mengerjakan kayu. Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusatenggara. Merupakan alat dengan permukaan memanjang dan berbentuk persegi empat. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus. Sisi pangkal diikat pada tangkai, sisi depan diasah sampai tajam. Beliung persegi berukuran besar berfungsi sebagai cangkul. Sedangkan yang berukuran kecil berfungsi sebagai alat pengukir rumah atau pahat.

v Kapak lonjong
  
Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat ini digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.    Kapak lonjong didasarkan atas penampang yang berbentuk lonjong. Bentuk kapaknya sendiri bulat telur, ujungnya agak lancip ditempatkan di tangkai dan ujung lain yang bulat diasah tajam
  

v Kapak bahu
Kapak bahu adalah kapak persegi namun pada angkai diberi leher sehingga menyerupai botol persegi kapak bahu hanya ditemukankan diminahasa, Sulawesi Selatan



4). Zaman batu besar (meganlithikum)
Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu. Jadi, megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat itu. Pada masa ini manusia praaksara sudah dapat membangun bangunan-bangunan megalith atau bangunan yang dibuat dari batu-batu besar. Pembuatan barang dan bangunan itu erat sekali kaitannya denga kepercayaan tradisional seperti animisme dan dinamisme. Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :
1. Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca Statis.
2. Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.





v Menhir
     

      


Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.    Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

v Dolmen
      

    
Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji, tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakan jenazah. Daerah penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.    Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup   rapat oleh batu.   Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.



v Sarchopagus
    

    
Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak ditemukan di Bali. Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib.







v Kubur batu
  
Peti Kubur Batu adalah peti yang terbuat dari batu besar yang yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain.peti kubur juga dapat dikatakan sebagai sebuah lempengan batu besar yang disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

v Punden berunduk
    
Punden berundak-undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.  Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat seperti tangga dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.  Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur

v Waruga
  
Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
 
Yaitu kubur batu berbentuk kubus atau bulat,dibuat dari batu utuh. Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Peti ini peninggalan dari budaya minahasa pada saat megalithikum.



A.Zaman Logam
1). Zaman perunggu
Kebudayaan perunggu di Indonesia diperkirakan berasal dari daerah bernama Dongson di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson datang ke Indonesia kira-kira abad ke 300 SM di bawa oleh manusia sub ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mengembara ke wilayah Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan zaman logam, antara lain.
v Candrasa
            
Candrasa dalah kapak corong yang satu sisinya memanjang, Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, ditemukan di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.
v Bejana perunggu
Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan di Sumatera dan Madura. hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.

v Nekara genderang dan moko
   

Nekara dan Moko merupakan hasil budaya yang biasa digunakan sebagai alat upacara, bentuknya menyerupai genderang dengan penyempitan dibagian pinggangnya. Pada umumnya nekara berbentuk besar dan moko yang berbentuk mirip nekara memiliki ukuran yang lebih kecil. Nekara memiliki bentuk yang bermacam-macam, ada yang polos tetapi ada juga yang memiliki banyak hiasan. Di indonesia ditemukan sejenis nekara berukuran besar, yaitu di Panjeng, sebuah desa di Gianyar, Bali. Nekara Penjeng ini di perkirakan merupakan nekara asli buatan indonesia. Keistimewaan nekara Penjeng adalah pada ke empat pegangannya terdapat hiasan gambar kepala manusia, kemungkinan terkait dengan konsep masyarakat bali tentang keberadaan dewa penjaga arah (Nawasanga), atau juga berfungsi sebagai perwujudan dari dewa pelindung. Hiasan nekara penuh dengan simbol yang terkait dengan kegiatan pertanian seperti telihat dari gambar matahari dan katak sebagai simbol air. Nekara lain banyak ditemukan  di Sumatra, Jawa, Pulau Rote, Pulau Selayar, dan Kepulauan Kei. Temuan nekara dan moko merupakan bukti kuat telah adanya sistem kepercayaan yang di anut masyarakat saat itu, sebab nekara dibuat untuk memenuhi kebutuhan alat dalam upacara ritual seperti pengiring upacara kematian, upacara memanggil hujan, dan sebagai genderang perang. Sementara itu, moko yang bentuknya lebih kecil banyak ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai (pulau Flores). Moko digunakan sebagai benda pusaka dari seorang kepala suku, dan biasanya di wariskan kepada anak laki-lakinya.

2). Zaman besi
Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi. Alat-alat yang ditemukan adalah Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu. Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan;  Mata pisau; Mata pedang; Cangkul, dll. Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).
v Mata kapak
   
Mata kapak atau sejenis beliung yang dikaitkan secara melintang pada tangkai kayu (petel bahasa jawa). Alat ini ditemukan dalam peti kubur  peti batu di daerah gunung kidul di yokyakarta.fungsinya yaitu berguna untuk menara batu padas dan membelah kayu.


v Mata sabit
  

Besi juga disebut sebagai mata sabit. Mata sabit ditemukan pada zaman besi diduga ditemukan untuk menyabit tumbuhan kegunaanya hampir sama dengan mata pisau. Alat ini hanya sedikit besar disbanding dengan mata pisau. Sampai saat ini, sabit masih digunakan sebagai alat pertanian.


v Mata pisau
   


Mata pisau merupakan alat bernilai ekonomis tinggi. Mata pisau ini dapat diguanakan sebagai pertahanan diri dari binatang buas. Berarti pisau ini juga memiliki manfaat sebagai alat untuk melindungi dari binatang buas yang pada waktu itu masih banyak ditemui. Selain digunakan sebagai alat untuk melindungi diri mata pisau juga digunakan sebagai alat untuk mangumpulkan makanan



v Cangkul
 


Cangkul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan hingga kini. Pekerjaan yang lebih berat biasanya menggunakan bajak. Cangkul biasanya terbuat dari kayu dan besi.